teduhan rindu

...menumpang teduh, melepas rindu...

Saturday, October 30, 2010

Sang Murabbi- Filem Mesti Tonton!

Alhamdulillah...diberi sedikit masa lapang untuk menonton filem Sang Murabbi, yang berkisarkan perjuangan seorang pendidik di bumi Indonesia. Bagi yang belum pernah menonton filem ini, sinopsisnya lebih kurang begini. Penulis ambil dari internet juga, kerana khuatir synopsis yang tidak tepat.

Sinopsis:

Film ini berkisah tentang perjalanan dakwah Ustadz Rahmat Abdullah. Berawal dari persepsi positif Ustadz Rahmat muda tentang profesi guru, yang merupakan rekfleksi cita-citanya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali ditanya orang, apa cita-citanya, ia akan menjawab dengan mantap: menjadi guru!

Persepsi itu kemudian menjadi elan vital yang menggerakkan seluruh energi hidup Ustadz Rahmat, ketika ia menimba ilmu di pesantren Asy Syafiiyah di bawah asuhan KH Abdullah Syafii. Bakat besar dan pemikirannya yang brilian, menjadikan Ustadz Rahmat dikagumi oleh setiap orang, terutama gurunya, KH Abdullah Syafii, yang menjadikan Ustad Rahmat muda sebagai murid kesayangannya.

Ustadz Rahmat muda mulai merintis kariernya sebagai guru selulus dari Asy Syafiiyah. Selain di almamaternya, ia juga mengajar di sekolah dasar Islam lainnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Perjalanan karier yang dipilihnya itu kemudian mempertemukannya dengan guru keduanya, Ustadz Bakir Said Abduh yang mengelola Rumah Pendidikan Islam (RPI). Melalui ustadz lulusan pergururan tinggi di Mesir itu, Ustadz Rahmat banyak membaca buku-buku karya ulama Ikhwanul Muslimin, salah satunya adalah buku Da'watuna (Hasan Al-Bana) yang kemudian ia terjemahankan menjadi Dakwah Kami Kemarin dan Hari Ini (Pustaka Amanah).

Situasi ini, membuat potensi bakat Ustadz Rahmat Abdullah melejit dengan banyaknya referensi bacaan yang ia konsumsi, mulai dari kitab Arab klasik yang sudah sulit dicari, sampai buku-buku sastra dan budaya. Ia pun dikenal sebagai dai yang lengkap, karena tidak cuma menguasai ilmu-ilmu Islam yang "standard" tetapi juga persoalan-persoalan kontemporer.

Potret paripurna kedaian Ustadz Rahmat terlihat ketika ia membina para pemuda di lingkungan rumahnya di kawasan Kuningan. Ustadz Rahmat menggunakan pendekatan yang masih sangat langka di kalangan dai, yaitu dengan grup teater yang didirikannya. Para pemuda itu diasuhnya dalam organisasi bernama Pemuda Raudhatul Falah (PARAF) yang menghidupkan masjid Raudhatul Falah di bilangan Kuningan dengan kegiatan-kegiatan keislaman.

Pementasan grup teater binaan Ustadz Rahmat muda itu mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Salah satunya adalah pementasan berjudul Perang Yarmuk. Pada pementasan inilah, Ustadz Rahmat dan para pemuda PARAF harus berhadapan dengan aparat yang mencoba membubarkan pementasan.

Akibat pementasan itu, Ustadz Rahmat dikenai wajib lapor. Tapi, hingga hari ini, Ustadz Rahmat tidak pernah mau meladeni aturan yang menindas kebebasan itu.

"Saya tidak akan pernah datang ke kantor kalian," kata Ustadz Rahmat kepada Suryo, seorang aparat yang bertugas menyatroninya. "Kalau ibu saya yang memanggil, baru saya mau datang."

Keteguhan pada prinsip dan ketegasan sikapnya itulah yang membuat Suryo ngeper. Hingga bertahun kemudian keteguhan dan ketegasan itu tetap terpelihara dengan baik, meski Almarhum harus terlibat dalam wasilah (sarana) dakwah bernama partai. Ia tetap dikenal sebagai guru ngaji, inspirator kaum muda yang progresif dan berpikiran jauh ke depan. Undangan daurah satu ke daurah yang lain tetap disambanginya. Tak ada yang berubah, termasuk ciri khas yang menjadi warisan dari kedua orang tuanya yang mulia: kesederhanaan.

Ustadz Rahmat memang berada di jenjang tertinggi partai, serta terpilih pula sebagai wakil rakyat di DPR pusat. Namun, ia kerap dipergoki sedang menyetop bus kota untuk mendatangi sebuah undangan. Ia kerap terlihat jalan kaki untuk jarak yang cukup jauh. Tak ada yang berubah, karena ia sadar betul bahwa langkah itulah yang dimulainya dulu sebagai permulaan di jalan dakwah.

Hingga akhirnya, di sebuah hari yang sibuk dan berat, Ustadz Rahmat merasakah tanda-tanda kesehatannya terganggu. Namun, rasa tanggung jawabnya yang besar terhadap amanah dakwah, membuat ia tak begitu mempedulikan tanda-tanda itu.

Ia masih terlibat dalam sebuah syuro penting. Lalu, saat adzan berkumandang dan ia beranjak untuk memenuhi panggilan suci itu, ia berjalan ke tempat wudhu. Saat berwudhu, tanda-tanda itu makin kuat, menelikung pembuluh darah di bagian lehernya. Ia coba untuk menyempurnakan wudhunya, tapi rasa sakit yang merejam-rejam kepalanya membuatnya limbung.

Disaksikan oleh Ustadz Mahfudzi, salah seorang muridnya, Ustadz Rahmat nyaris terjatuh. Ustadz Mahfudzi cepat memapahnya, lalu mencoba menyelamatkan situasi. Tetapi Allah lebih sayang kepada Ustadz Rahmat Abdullah. Innalillahi wa innailaihi raaji'uun...Syaikhut Tarbiyah itu meninggalkan kita dengan senyum yang amat tulus...hujan air mata dari seluruh pelosok tempat mengiringi kepulangan beliau.


 

Begitulah ceritanya...hehe(macam aku lak yang tulis.).

Apa yang penulis mahu kongsikan, penulis amat tertarik dengan perwatakan ustadz Rahmat Abdullah sewaktu muda. Beliau megenakan jaket jeans, bertopi, dan menunggang motosikal seperti seorang 'mat motor', tetapi ilmunya banyak, kata-katanya berhikmah, malah disegani oleh teman-teman yang 'nakal'. Ini dilihat dalam babak beliau mengajak teman-teman yang sedang sembunyi-sembunyi minum arak ke majlis ilmu dengan hikmah.

Antara babak lain yang penulis tersentuh, ketika beliau berada di rumah, dan seorang pelanggan kepada saudara lelaki beliau(saudaranya itu berniaga di rumah) mengatakan bahawa nabi pernah tidak tepat dalam membuat janji. Beliau yang terdengar penyataan itu, langsung terus bangkit dan campur tangan. Betapa beliau menyanjungi para nabi dan rasul terdahulu, itulah umat yang kita harapkan, begitu sensitive terhadap penghinaan nabi, walau sedikit.

Satu lagi babak, ketika seorang polis(mata-mata) datang menghantar surat tanpa adab, beliau berjaya 'menundukkan ' polis tersebut yang ternyata sebelum ini membenci dan mempunyai persepsi negative terhadap beliau.

Secara keseluruhan, penulis dapat lihat apa yang ditonjolkan dalam filem tersebut, jalan dakwah itu penuh duri, dan tiada rehat. Benar. Dan kita perlu istiqamah selalu. Moga thabat dan tabah!

Sebenarnya, banyak yang boleh kita kongsikan, kerana banyak kata-kata hikmah yang boleh membawa kita untuk berfikir sejenak dalam filem tersebut. Lain kali, kita kongsikan lagi ya! Insya Allah, mudah-mudahan...

Moga kita diredhai Allah...

0 comments:

Post a Comment